Timnas Indonesia mengakhiri Piala AFF sebagai runner up (lagi) Piala AFF 2010 melahirkan Malaysia sebagai juara baru Asia Tenggara. Indonesia? Tim Merah Putih resmi sebagai raja runner up. EMPAT kali gagal juara pada empat kesempatan final.
1 Desember, publik sepakbola nasional mulai mengenal Christian Gonzales sebagai sosok striker naturalisasi Indonesia. Sepakbola membuat jatuh cinta suporter cewek dengan Irfan Bachdim-nya.
Bukan kebetulan bila El Loco dan si muka blasteran Irfan Bachdim sama-sama mencetak gol pada laga perdana Indonesia di Piala AFF tahun ini saat menang telak 5-1 atas Malaysia.
Follow penulis blog Catatan Bola di @zulfikaralex
Laga kedua, lagi-lagi tim Garuda mendapat pujian setinggi langit dan mulai masuk ke dunia infotainment setelah melibas Laos 6-0.
Skuad Alfred Riedl mencatat hasil sempurna dengan mengalahkan favorit juara, Thailand, dengan skor 2-1, seiring dengan makin seringnya wajah-wajah timnas nongol di infotainment, wawancara eksklusif, hingga tabloid remaja dan wanita.
Kemenangan 2-1 Indonesia atas Thailand juga meloloskan Malaysia ke babak semifinal. Tim Harimau Malaya konon mengucapkan terima kasih kepada Indonesia karena berapa pun gol yang mereka cetak ke gawang Laos tapi bila Thailand menang, selesai sudah perjalanan skuad Rajagopal di AFF 2010.
Di Grup B, kejutan muncul dari Filipina. Tim “Inggris”nya Asia Tenggara, dengan SEMBILAN pemain naturalisasi di starting lineup, pasukan Simon McMenemy melaju ke semifinal dengan menahan imbang Singapura dan mencukur Vietnam.
Sungguh, anjloknya prestasi Thailand, Singapura, dan Vietnam di AFF tahun ini sejatinya menjadi ‘berkah’ bagi Indonesia, karena tiga pesaing kuat calon juara tersingkir. Namun apa lacur, keperkasaan Garuda akhirnya dikalahkan oleh diri mereka sendiri.
Tanda-tanda itu sudah terasa di semifinal. Skor agregat 2-0 dari The Azkals kalah heboh dengan pemberitaan timnas di media hingga pencitraan politik. Timnas dieler-eler kesana kemarin, jamuan makan, hingga acara non teknis lainnya.
Sujud syukur pemain-pemain Malaysia di final AFF 2010, sementara Indonesia kembali gagal menjadi juara dan harus puas menjadi nomor dua
Akibatnya fatal. Garuda yang terbang tinggi menukik tajam hanya di 15 menit babak kedua pada final leg pertama di Stadion Bukit Jalil, Malaysia, 26 Desember.
Malaysia 3, Indonesia 0. Kekalahan pertama -dan satu-satunya- yang dialami timnas Indonesia di Piala AFF tahun ini. Tapi cukup untuk mematahkan sayap-sayap Sang Garuda.
Banyak alibi hingga analisis, mulai sinar laser, faktor mental, teknis, hingga non teknis. Apa pun itu, skor tak pernah -dan tak akan- berubah.
Malaysia di final bukan lagi Malaysia yang dipecundangi Firman Utina dkk 5-1 di laga pertama. Mereka bukan lagi Pak Belang yang belajar bermain bola di Senayan. Rajagopal membuat banyak perubahan saat menahan imbang Thailand, mengalahkan Laos, dan menyingkirkan favorit juara lainnya, Vietnam, di semifinal.
Optimisme tinggi tetap memayungi Garuda pada leg kedua. Defisit tiga gol coba dikejar di depan 90 ribu suporter fanatik Merah Putih di Senayan.
Lagi, blunder individual pemain -mental dan skill- menjadi musuh Garuda. Penalti Firman Utina gagal. Salah passing Maman Abdurachman berbuah gol Safee Sali yang membunuh perjuangan Indonesia di final.
Dua gol telat dari M Nasuha dan M Ridwan hanya cukup membuat skor akhir leg kedua menjadi 2-1. Indonesia menang, tapi Malaysia yang berpesta dan mengangkat trofi juara di Jakarta.
Apa yang akan terjadi setelah Piala AFF?
Malaysia menjadi kekuatan baru Asia Tenggara, dengan rata-rata pemain masih berusia 23-25 tahun, konon mereka kini mengincar Piala Asia. Filipina dengan bule-bulenya tetap layak diperhitungkan, sementara tiga raksasa Vietnam, Singapura, dan Thailand, wajib berbenah, seperti halnya INDONESIA.
Khusus bagi timnas kita, berbenah saja mungkin tidak cukup, karena sepakbola Indonesia kini menghadapi problem baru pasca AFF.
Konflik LPI dengan PSSI, klub-klub yang satu persatu mundur teratur dari ISL, hingga Munaslub PSSI Januari 2011 serta seruan #NurdinTurun atau #NurdinMundur yang menggema di cuit-cuit Twitter.
Kembali ke Piala AFF 2010, Indonesia akhirnya dikalahkan oleh diri mereka sendiri.
Andai tim bisa fokus di final seperti halnya penyisihan grup.
Andai Irfan Bachdim dkk bisa menahan ‘serangan’ media.
Andai Alfred Riedl tidak terlalu diintervensi ‘alien’ PSSI.
Andai tidak ada sinar laser di Bukit Jalil (andai tidak kalah sampai 0-3).
Andai Firman Utina tidak gagal mengeksekusi penalti di final.
Andai Maman tidak blunder… dan andai-andai lainnya, dengan obyek dan subyek adalah timnas Indonesia sendiri. Bukan Malaysia atau Thailand.
Kadang, kita terlena dengan musuh terbesar yang datang dari dalam diri sendiri.
Empat runner up dalam empat final AFF. Dan timnas kita memang tidak pernah kemana-mana.
• Catatan Bola
0 komentar:
Posting Komentar